Megawati Ungkap Kisah Haru Pemakaman Bung Karno di Blitar

waktu baca 2 menit
Minggu, 2 Nov 2025 09:00 97 admincuitan

BLITAR, Cuitan.id — Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, mengenang kembali masa-masa sulit ketika keluarga besar Soekarno berjuang agar sang proklamator bisa dimakamkan secara layak setelah wafat pada tahun 1970.

Dalam acara seminar internasional peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025), Megawati mengungkapkan bahwa saat itu keluarga mengajukan permohonan agar Presiden Soekarno dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP), namun permintaan tersebut ditolak oleh pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.

“Hanya untuk dimakamkan saja susahnya bukan main. Karena itu, Bung Karno akhirnya dimakamkan di sini, bukan di TMP seperti pahlawan lainnya,” ujar Megawati di hadapan para akademisi dan delegasi dari 30 negara.

Megawati menjelaskan bahwa lokasi makam ayahandanya di Blitar awalnya merupakan taman pahlawan bagi para prajurit Pembela Tanah Air (PETA) yang gugur dalam perjuangan melawan penjajah.

“Dulu tempat ini kecil dan tidak terpelihara. Tapi karena penolakan dari pemerintah saat itu, akhirnya Bung Karno dimakamkan di sini,” tutur Megawati.

Keputusan tersebut, menurut Megawati, menjadi simbol perjuangan tersendiri bagi keluarganya. Ia menilai, Bung Karno selalu mengingatkan dirinya untuk terus berjuang menjaga nilai-nilai perjuangan dan pemikiran yang telah diwariskan.

“Sampai akhir hayatnya pun beliau menuntut saya tetap berjuang bagi bangsa dan pemikirannya,” katanya.

Meski proses pemakaman penuh tantangan, Megawati bersyukur bahwa makam Bung Karno kini menjadi salah satu destinasi ziarah paling populer di Indonesia.

“Alhamdulillah, tempat ini sekarang banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah dan negara. Bahkan lebih dikenal sebagai makam proklamator bangsa, Bung Karno,” ujar Ketua Umum PDI Perjuangan itu.

Dalam kesempatan yang sama, Megawati mengajak para peserta seminar untuk tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga meneguhkan kembali nilai-nilai kemerdekaan dan arah peradaban yang diwariskan oleh Bung Karno.

“Peringatan ini bukan sekadar mengenang sejarah, tapi meneguhkan arah peradaban yang diwariskan proklamator kemerdekaan Indonesia,” tegas Megawati.

Acara puncak peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Blitar dimulai dengan ziarah ke Makam Bung Karno. Para akademisi dan delegasi dari 30 negara datang memberikan penghormatan kepada penggagas utama KAA tahun 1955 di Bandung itu.

Ziarah tersebut menjadi simbol penghargaan dunia terhadap peran besar Bung Karno dalam memperjuangkan solidaritas negara-negara Asia dan Afrika. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA