Ginting Protes Keputusan Kontroversial, Sentil BWF Soal ‘Challenge’

waktu baca 2 menit
Sabtu, 27 Sep 2025 02:59 54 admincuitan

SUWON, Cuitan.id – Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, harus menelan kenyataan pahit di babak 16 besar Korea Open 2025. Ia tersingkir setelah di kalahkan wakil Jepang, Kenta Nishimoto, dengan skor 18-21, 19-21, Kamis (25/9/2025).

Namun yang paling menyita perhatian bukan hanya hasil pertandingan. Melainkan ledakan emosi Ginting usai laga yang di warnai keputusan kontroversial wasit.

Emosi Ginting memuncak di akhir gim kedua ketika shuttlecock yang ia yakini keluar justru di nyatakan masuk oleh hakim garis, membuat Nishimoto memastikan kemenangan.

Ginting yang tengah berjuang menyamakan kedudukan di posisi 19-20 sontak melancarkan protes keras, bahkan membanting raket di pinggir lapangan sebagai bentuk kekecewaannya.

“Di gim kedua saya terlalu banyak terbawa ke permainan Nishimoto. Sempat mengejar, tapi di poin terakhir ada insiden yang tidak mengenakkan,” ujar Ginting dalam keterangan resmi PBSI, Sabtu (27/9/2025).

Keputusan Kontroversial Picu Amarah: “Teriakan Lawan Pengaruhi Hakim Garis”

Ginting mengungkapkan bahwa ia meyakini shuttlecock tersebut jelas keluar. Namun, menurutnya, teriakan Nishimoto sebelum bola menyentuh permukaan lapangan mungkin memengaruhi keputusan hakim garis.

“Bolanya jelas masuk, tetapi mungkin teriakan lawan ketika bola belum menyentuh karpet membuat line judge kaget dan refleks memutuskan keluar,” ungkapnya.

Keputusan tersebut menjadi momen penentu yang menghentikan langkah Ginting di Korea Open. Sang pemain pun tak kuasa menyembunyikan rasa frustrasinya, terlebih karena keputusan itu tidak dapat di tinjau ulang akibat absennya sistem challenge di lapangan tersebut.

Sentil BWF: “Lapangan Tanpa Challenge Harus Jadi Perhatian”

Dari insiden ini, Ginting secara khusus menyindir Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) agar lebih serius memperhatikan kelengkapan fasilitas pertandingan. Terutama pada lapangan yang tidak memiliki Instant Replay System (IRS) atau sistem ‘challenge’.

“Ke depan semoga ada perhatian lebih dan perbaikan dari BWF untuk kasus-kasus seperti ini, terutama di lapangan-lapangan pinggir yang tidak tersedia IRS,” tegasnya.

Meski langkahnya terhenti, Ginting tetap berusaha melihat sisi positif dari perjuangannya di Korea Open 2025. Pencapaiannya kali ini merupakan kemajuan signifikan, mengingat dalam lima turnamen terakhir ia selalu terhenti di babak pertama.

“Tetap bersyukur bisa memberikan yang terbaik dan tanpa cedera. Tadi sudah mencoba berbagai cara, memang adu strategi dari awal sampai terakhir,” tutupnya.

Dengan kekalahan dramatis ini, Ginting berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Ia menegaskan pentingnya keadilan dan teknologi penunjang pertandingan agar tidak ada lagi pemain yang di rugikan oleh keputusan kontroversial. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA