Pohon pisang yang tampak biasa ternyata menyimpan kisah tragis dalam sejarah Indonesia, terutama terkait peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).(Tangkapan layar Tiktok) JAKARTA, Cuitan.id – Pohon pisang sering dianggap sebagai tanaman biasa yang mudah tumbuh di mana saja. Namun, di balik kesederhanaannya, pohon ini menyimpan kisah tragis yang menjadi bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia, terutama dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).
Pohon Pisang dan Tragedi Berdarah 1965
Peristiwa G30S/PKI menjadi salah satu bab kelam dalam sejarah Indonesia. Pada malam 30 September 1965, tujuh perwira tinggi TNI AD diculik, disiksa, lalu dibunuh secara kejam. Jenazah mereka kemudian ditemukan di sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Dari berbagai kesaksian sejarah, disebutkan bahwa di sekitar sumur tempat jenazah para pahlawan revolusi ditemukan, tumbuh pohon pisang yang subur. Keberadaan pohon inilah yang kemudian memicu perhatian aparat penyelidik dan menjadi petunjuk penting dalam mengungkap lokasi hilangnya para jenderal.
Kesaksian anggota polisi bernama Soekitman menyebutkan bahwa ketika pertama kali tiba di lokasi, ia melihat pohon pisang tumbuh rimbun di sekitar area tersebut. Pohon itu akhirnya dikenal sebagai penanda alami yang mengarahkan penyelidik menemukan sumur bersejarah itu.
Simbolisme Pohon Pisang: Antara Kehidupan dan Kematian
Dalam budaya Jawa dan berbagai daerah di Indonesia, pohon pisang melambangkan kesuburan dan kehidupan baru. Namun, dalam konteks tragedi 1965, maknanya berubah menjadi simbol kematian dan kekejaman.
Pohon pisang dikenal mudah tumbuh di tanah mana pun, bahkan di lokasi-lokasi yang menyimpan kisah kelam. Daunnya yang lebar dan batangnya yang lunak sering dimanfaatkan untuk menutupi sesuatu, termasuk seperti dalam cerita rakyat menyembunyikan peristiwa yang tak ingin disaksikan dunia.
Kontras antara kesuburan pohon pisang dan tragedi berdarah G30S/PKI menciptakan simbol yang kuat: kehidupan yang tumbuh di atas kematian. Pohon ini menjadi saksi bisu bagaimana sejarah bisa meninggalkan luka mendalam di balik alam yang tampak tenang.
Pohon Pisang dalam Ingatan Kolektif Bangsa
Bagi generasi yang hidup di masa itu, pohon pisang bukan sekadar tumbuhan. Ia menjadi pengingat sejarah dan penanda lokasi tragedi yang tak terlupakan. Cerita tentang pohon pisang di Lubang Buaya bahkan diwariskan secara turun-temurun sebagai bagian dari ingatan kolektif masyarakat Indonesia.
Selain di Jakarta, kisah serupa juga muncul di daerah seperti Yogyakarta dan Jawa Tengah. Di beberapa desa, masyarakat percaya bahwa pohon pisang sering tumbuh di lokasi-lokasi yang pernah menjadi tempat eksekusi atau kuburan massal pasca-1965.
Kepercayaan ini melahirkan mitos lokal, bahwa pohon pisang di tempat tertentu membawa aura mistis dan menjadi simbol roh-roh yang belum tenang.
Lubang Buaya Kini: Dari Tragedi ke Monumen Sejarah
Lokasi yang dahulu dikenal sebagai tempat pembunuhan para perwira kini berubah menjadi Monumen Pancasila Sakti. Setiap tahun, ribuan pelajar dan pengunjung datang untuk mengenang tragedi tersebut.
Di kawasan itu terdapat sumur tua, museum, dan diorama yang menggambarkan kisah G30S/PKI. Meskipun pohon pisang asli yang dulu tumbuh di sana mungkin sudah tiada, ceritanya tetap hidup sebagai bagian dari sejarah nasional.
Pelajaran dari Sejarah
Pohon pisang di Lubang Buaya mengajarkan banyak hal bagi generasi penerus bangsa:
Sejarah tidak selalu tertulis dalam buku. Kadang, ia hidup dalam bentuk yang sederhana seperti pohon pisang di Lubang Buaya.
Tumbuhan yang tampak biasa itu menjadi saksi bisu tragedi besar, pengingat bahwa setiap akar dan batangnya pernah menyaksikan sejarah berdarah negeri ini.
Pohon pisang mungkin telah tiada, tetapi kisah dan maknanya akan terus hidup di hati bangsa Indonesia sebagai simbol keteguhan dan pelajaran dari masa lalu. (*/Berbagai Sumber)
Tidak ada komentar