Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia ditemui usai acara Peringatan Hari Pertambangan & Energi ke-80 di Monas, Jakarta, Jumat (24/10/2025).(KOMPAS.com) JAKARTA, Cuitan.id — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sekaligus Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, akhirnya angkat bicara soal hebohnya meme yang menghina dirinya di media sosial.
Sebelumnya, dua organisasi sayap Golkar, yakni Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) dan Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), telah melaporkan sejumlah akun yang menyebarkan meme tersebut ke polisi. Mereka menilai konten itu sudah menyerang pribadi dan mengandung unsur SARA.
Namun, Bahlil menegaskan bahwa ia meminta kadernya menghentikan laporan tersebut.
“Saya sudah bilang ke Sekjen, panggil adik-adik itu. Sudahlah, setop. Kalau yang sudah minta maaf, ya sudah maafkan. Jangan di perpanjang,” ujar Bahlil di Istana Negara, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Bahlil mengaku sebagian pembuat dan penyebar meme telah menyampaikan permintaan maaf, dan ia pun telah memaafkan mereka.
“Allah saja memaafkan umatnya yang meminta ampun. Jadi masa saya melampaui kehendak Tuhan?” ujarnya.
Menurut Bahlil, kritik terhadap kebijakan publik merupakan hal wajar dalam demokrasi. Namun, ia menyesalkan jika kritik berubah menjadi serangan personal yang mengandung rasisme atau hinaan fisik.
“Kalau kritik kebijakan, silakan. Tapi kalau sudah menyerang pribadi, apalagi rasial, itu tidak baik,” kata Bahlil.
Dalam kesempatan itu, Bahlil juga berbicara soal latar belakangnya. Ia menyebut dirinya bukan anak pejabat, melainkan anak kampung dari keluarga sederhana.
“Ibu saya buruh cuci, ayah saya buruh bangunan. Jadi dari kecil saya sudah biasa di hina. Buat saya itu enggak apa-apa,” ungkapnya.
Meski demikian, Bahlil menegaskan agar hinaan terhadap warna kulit atau penampilan fisik tidak di jadikan bahan lelucon.
“Apa salahnya saya kulit hitam atau badan saya tidak tinggi? Kita ini Indonesia, dari Papua sampai Aceh, semua satu kesatuan,” tambahnya.
Kepada para pembuat meme, Bahlil memberikan pesan menyejukkan. Ia mengingatkan bahwa kebebasan berekspresi tetap harus di barengi etika dan tanggung jawab sosial.
“Demokrasi sih demokrasi, tapi kita juga harus tahu standar etikanya. Jangan sampai kebebasan berubah jadi kebablasan,” ucapnya.
Bahlil pun meminta agar persoalan ini tidak di jadikan alat politik atau upaya intervensi terhadap kebijakan pemerintah.
Meski ramai jadi bahan perbincangan, Bahlil menegaskan akan tetap fokus menjalankan tugasnya di Kementerian ESDM untuk mewujudkan kedaulatan energi nasional.
“Saya enggak akan mundur sejengkal pun. Kritik boleh, tapi kerja tetap jalan. Lifting minyak sekarang sudah di atas target, listrik desa terus bertambah,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar