Kerinci Siaga, Bupati Monadi Ingatkan Ancaman Banjir dan Longsor

waktu baca 2 menit
Jumat, 24 Okt 2025 06:10 841 admincuitan

KERINCI, Cuitan.id — Menjelang puncak musim hujan, Pemerintah Kabupaten Kerinci mulai memperketat langkah mitigasi bencana. Melalui apel kesiapsiagaan bencana hidrometeorologi yang digelar di Bukit Tengah, Siulak, Kamis (23/10/2025), Bupati Monadi menegaskan bahwa kesiapan menghadapi bencana bukan sekadar acara seremonial.

“Kerinci ini wilayah dengan risiko tinggi bencana hidrometeorologi dari banjir, longsor, sampai angin kencang. Dengan kondisi geografis kita yang bergunung dan curah hujan tinggi, kesiapsiagaan harus menjadi budaya, bukan hanya kegiatan tahunan,” tegas Monadi.

Menurut data BMKG Stasiun Meteorologi Depati Parbo, puncak musim hujan 2025 akan terjadi antara Desember 2025 hingga April 2026. Beberapa kecamatan di sebut berpotensi terdampak banjir kategori rendah hingga menengah. Antara lain Air Hangat Timur, Bukit Kerman, Batang Merangin, Danau Kerinci, Gunung Kerinci, Sitinjau Laut, dan Siulak Mukai.

Monadi menekankan bahwa kesiapsiagaan tidak hanya soal alat dan logistik, tetapi juga menyangkut kesadaran kolektif masyarakat.

“Setiap orang punya peran dalam mengurangi risiko bencana. Pemerintah, relawan, dunia usaha, sampai masyarakat desa harus bergerak bersama,” ujarnya.

Ia pun meminta para camat dan kepala desa di wilayah rawan seperti Kayu Aro, Gunung Tujuh, dan Air Hangat Timur untuk aktif melakukan edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana. Pendekatan berbasis gotong royong di nilai paling efektif membangun masyarakat tangguh bencana.

Pemerintah Kabupaten Kerinci, lanjut Monadi, kini tengah memperkuat sistem mitigasi yang terintegrasi dengan arah pembangunan daerah, sejalan dengan visi “Kerinci Berdaya Saing, Maju, dan Sejahtera”.

“Apel ini bukan sekadar formalitas. Ini langkah nyata agar setiap perangkat daerah paham perannya ketika bencana datang. Keselamatan warga adalah prioritas,” tutupnya sambil menyerukan semangat, “Tangguh Bencana, Tangguh Kerinci!”

Langkah antisipatif seperti ini di harapkan mampu meminimalkan dampak bencana dan membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk selalu waspada menghadapi perubahan cuaca ekstrem. (*/HS)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA