Kak Seto dirawat di RS karena aritmia dan stroke. (Foto: Instagram @kaksetosahabatanak)							    JAKARTA, Cuitan.id – Kabar mengejutkan datang dari pemerhati anak Seto Mulyadi atau Kak Seto. Pria berusia 73 tahun itu dikabarkan tengah menjalani perawatan di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia atau gangguan irama jantung.
Publik sempat heran, sebab sosok Kak Seto dikenal rajin berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat. Lantas, bagaimana mungkin seseorang yang aktif dan tampak bugar tetap bisa terserang stroke?
Menurut Dr. dr. Pricilla Yani Gunawan, SpN, Subsp ENK(K), seorang dokter spesialis saraf dari Siloam Hospital Lippo Village, stroke merupakan penyakit multifaktor. Artinya, penyakit ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, bukan hanya pola hidup atau aktivitas fisik semata.
“Faktor paling sering penyebab stroke adalah tekanan darah tinggi, kadar gula darah, dan kolesterol. Aktivitas fisik memang penting untuk menjaga elastisitas pembuluh darah, tapi bukan berarti olahraga bisa meniadakan semua risiko,” jelas dr. Pricilla, dikutip Rabu (29/10/2025).
Ia menambahkan, seseorang tetap bisa terkena stroke meskipun rutin berolahraga apabila memiliki faktor risiko medis yang tidak terkontrol.
Selain gaya hidup, usia juga memegang peran besar terhadap risiko stroke. Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah manusia akan mengalami pengerasan alami yang membuat aliran darah ke otak lebih rentan terganggu.
“Usia itu faktor yang tidak bisa kita ubah. Semua orang pasti menua. Saat usia bertambah, pembuluh darah menjadi kaku, dan mekanisme perlindungan tubuh pun berkurang,” ujar dr. Pricilla.
Riset medis menunjukkan adanya kaitan erat antara aritmia (gangguan irama jantung) dan risiko stroke iskemik — jenis stroke akibat penyumbatan aliran darah ke otak.
Studi dalam jurnal Stroke (2021) mengungkap, atrial fibrillation, bentuk aritmia paling umum pada lansia, dapat meningkatkan risiko stroke hingga lima sampai tujuh kali lipat, terutama pada usia di atas 65 tahun.
Sementara itu, penelitian lain di European Heart Journal (2020) menyebut, proses penuaan memicu pengerasan arteri dan gangguan listrik pada jantung, yang dapat menyebabkan aritmia bahkan pada orang yang rutin berolahraga.
dr. Pricilla menegaskan, olahraga memang penting, tetapi bukan satu-satunya cara mencegah stroke. Pemeriksaan medis secara rutin dan pengendalian faktor risiko tetap menjadi kunci utama.
“Kalau tekanan darah tinggi, kolesterol belum terkontrol, atau ada aritmia, olahraga saja tidak cukup. Harus tetap dipantau dan diobati,” tutupnya. (*)
Tidak ada komentar