Terapkan Label Nutri-Level untuk Cegah Diabetes di Usia Muda

waktu baca 2 menit
Jumat, 31 Okt 2025 00:01 8 admincuitan

JAKARTA, Cuitan.idDiabetes kini tak hanya mengintai orang lanjut usia, tapi juga mulai menyerang generasi muda. Gaya hidup tidak sehat dan pola makan tinggi gula, garam, serta lemak (GGL) menjadi pemicu utama meningkatnya kasus diabetes di Indonesia.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mencatat, sebanyak 29,7 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan GGL melebihi batas aman yang direkomendasikan.

Kondisi ini memicu kekhawatiran meningkatnya kasus diabetes pada usia produktif, yang bisa berujung pada komplikasi seperti stroke, penyakit jantung, hingga gagal ginjal.

Sebagai langkah pencegahan, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan label informasi gizi “Nutri-Level” pada produk pangan olahan dan minuman siap saji.

“Melalui Nutri-Level, masyarakat bisa langsung melihat kadar GGL dalam produk makanan dan minuman melalui tampilan warna seperti lampu lalu lintas. Warna hijau menandakan kadar GGL rendah, kuning sedang, dan merah tinggi,” jelas Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar, Kamis (30/10/2025).

Menurutnya, penerapan Nutri-Level akan dilakukan bertahap, dimulai dari minuman siap konsumsi dengan kandungan GGL tinggi (kategori C dan D). Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong produsen untuk menekan kadar gula dan lemak dalam produknya.

Langkah strategis ini juga akan disinergikan antara BPOM dan Kementerian Kesehatan, agar kebijakan pangan olahan dan pangan siap saji saling mendukung dan memperkuat pengendalian penyakit tidak menular.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa perubahan gaya hidup sehat harus dimulai sejak usia muda.

“Anak muda saat ini rentan terkena diabetes karena pola makan instan dan konsumsi minuman manis berlebihan. Tanpa intervensi seperti Nutri-Level, kasus diabetes di usia muda akan terus meningkat,” ujarnya.

Kemenkes menilai, edukasi publik dan pemberian informasi gizi yang mudah dipahami dapat membantu masyarakat memilih produk lebih sehat, sekaligus menekan risiko “tsunami diabetes” di masa mendatang. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA